April 2017

Kamis, 20 April 2017

Menyimpan Hasil Traceroute, Ping, Nslookup ke Sebuah File



Sebagai Administrator jaringan, kita tidak hanya bertugas mengamankan jaringan yang ada namun juga dituntut untuk bisa membuat ataupun mendokumentasikan hasil dari analisis jaringan yang sedang kita kerjakan. Selain untuk orang lain, dokumentasi tersebut perlu untuk diri kita sendiri. Hal ini dikarenakan network tersebut bersifat dinamis. Apa yang dilakukan detik ini akan sangat bisa berbeda didetik kemudian.

Simplenya sih, saat kita melakukan ping kesebuah jaringan saat ini sering kali hasilnya berbeda saat kita lakukan ping ke jaringan tersebut di menit berikutnya, mungkin saat kita melakukan ping mendapatkan hasil 200ms bisa jadi ping berikutnya 1000ms.

Untuk melakukan analisis jaringan tentunya kita harus memiliki data-data, data yang benar-benar fakta salah satunya dengan mendokumentasikan hasil jaringan yang kita kerjakan.

Caranya cukup mudah, misalkan kita ingin menyimpan hasil dari traceroute ke sebuah file agar nantinya dapat melihat perbandingan dan analisis yang akurat. Pertama, kita traceroute dulu agar bisa melihat perbandingan hasilnya. Contoh kali ini traceroute ke google.com.


Untuk menyimpan hasil tersebut kedalam sebuah file cukup dengan perintah:
traceroute google.com >> namafile.txt


Maka ketika selesai, hasilnya akan ada file baru. Dalam hal ini file yang saya simpan adalah tr_file.txt.


Untuk melihat isi file bisa gunakan text editor apapun seperti nano, pico, vim dll. Dalam hal ini saya menggunakan cat yaitu cat namafile.


Cukup mudah bukan. Sama halnya juga jika menyimpan hasil dari scanning ping, nslookup dan lain-lain cukup menambahkah setelah perintah utama tersebut dengan   >> namafile.

Sabtu, 15 April 2017

Enable VPN Server di MikroTik





Virtual Private Network atau yang lebih dikenal dengan VPN, adalah salah satu cara agar komunikasi yang terjadi pada lalulintas jaringan ter-enskripsi. Hal ini tentunya untuk meminimalisir agar setiap komunikasi yang terjadi antara client dan server tidak mudah disadap. Dengan mengaktifkan VPN, maka kita akan membuat sebuah terowongan jaringan (Tunel) secara virtual yang khusus menuju server. Dimana hal itu akan membuat client yang terhubung melalui VPN akan berada satu network dengan server, walaupun secara fisik terpisah.


Untuk membuat VPN Server di MikroTik cukup mudah, pada menu winbox pilih ppp > Interface , klik + pptp Server Bindinng dan beri nama koneksi tersebut.


Selanjutnya pilih PPTP Server, checklis bagian enable dan klik OK.


Koneksinya telah terbuat, selanjutnya adalah membuat account untuk login vpn yang ada pada tab Secrets. Parameter yang perlu diperhatikan adalah :
  • Name : isikan username account yang diinginkan
  • Password : adalah password account tersebut
  • Service : pilih PPTP
  • Profile : Default-Enscryption
  • Local Address : IP yang ada di interface mikrotik
  • Remote Address : IP Address yang kita tentukan ketika client terhubung ke Mikrotik, wajib mengisikan IP Address yang satu network dengan Local Address. Misalkan pada local Address IP yang diisikan adalah 192.168.3.1 maka pada remote address diisikan IP 192.168.3.x (x merupakan host yang belum terpakai)
  • Apply dan klik OK.

Sampai disini, VPN Server sudah dapat digunakan. Tinggal melakukan konfigurasi pada sisi client.



























Kamis, 13 April 2017

Mengaktifkan IP Cloud di Mikrotik






Kali ini saya ingin membahas tentang cloud pada mikrotik. Saat ini memang branding tentang cloud sangat-sangat besar menggema. Apapun yang 'berbau' tentang informasi digital selalu dikaitkan dengan penyimpanan awan (cloud). Sebuah trend yang sebenarnya bukan teknologi baru.

Oke cukup basa-basinya hehe
Kebutuhan akan ipv4 untuk ip publik yang static makin besar, sedangkan alokasi ipv4 sendiri telah habis. Seperti pada hukum ekonomi, barang yang langka dengan peminat yang tinggi menyebabkan harga semakin mahal. Itulah yang terjadi pada harga ipv4 static. Sebenarnya telah ada solusi terhadap kebutuhan akan ip publik, yaitu dengan menggunakan ipv6. Namun penggunaan ipv6 terbentur terhadap penggunaan, perangkat, serta informasi penerapannya yang tentunya kembali lagi pada cost dari jaringan tersebut.

Oleh karena itu banyak ISP menggunakan IP Publik secara dynamic, tanpa perlu edukasi ataupun pelatihan kepada banyak user tentunya juga harga yang murah. Namun ip public secara dynamic juga memiliki hambatan terhadap banyak administrator. IP yang sifatnya dinamis ini tentu membuat kesulitan untuk melakukan remote terhadap suatu device, karna ada waktu dimana ip tersebut berubah.

Untuk mensiasati hal tersebut biasanya dengan melakukan translasi dari ip tersebut ke beberapa penyedia dns. Tujuannya adalah, ketika ip tersebut berubah maka pihak sebagai penyedia inilah yang akan melakukan konfigurasi. Sehingga berapa kalipun ip tersebut berubah, remote tetap dapat dilakukan dengan dns yang sama. Sebut saja seperti ddns, dll.

Di Mikrotik sendiri, pada RouterOS v.6 keatas telah disematkan fitur IP Cloud. Hal ini tentunya sangat memudahkan sekaligus memanjakan para Administrator Jaringan untuk melakukan remote terhadap device yang dimilikinya tanpa perlu mendaftarkan lagi device yang dimilki ke penyedia dns tersebut. Pada Mikrotik caranya cukup mudah yaitu dengan men-ceklis DDNS Enable pada menu IP > Cloud .

Maka cukup perhatikan pada bagian DNS Name, kita akan mendapatkan alamat dns unik, yang dengan dns terbut dapat menghubungi jaringan kita tak peduli ip publiknya apa. Untuk mencobanya tinggal buka aplikasi winbox dan ketik alamat dns yang didapat di bagian Connect to, masukan Login dan Passwordnya.


Dan kitapun telah masuk kedalam RouterOS.



Selasa, 11 April 2017

Config DNS Permanent pada Ubuntu Server



"Sudah terlalu lama sendiri, Sudah terlalu lama aku asyik sendiri" seperti penggalan lagu dari Kunto Aji tersebut, mungkin ada benarnya. Terlalu asik sampai tidak tau perkembangan terbaru dibidang server. Kejadian ini terjadi saat harus melakukan konfigurasi server. Yang biasa saya lakukan adalah melakukan editing nameserver pada file /etc/resolv.conf agar setelah komputer restart nameserver tersebut tidak berubah.

Ternyata saya salah.

Dunia sudah berubah semenjak negara api menyerang... hehe

Usut punya usut ternyata file /etc/resolv.conf diperuntukkan untuk resolv dns secara dinamik yang dilakukan otomatis oleh sistem. Misalkan ada perangkat yang terkoneksi secara dhcp maka konfigurasi dns yang didapat secara otomatis tersebut akan ditambahkan pada file tersebut.

Sedangkan untuk membuat konfigurasi dns permanen di ubuntu server berada pada file /etc/resolvconf/resolv.conf.d/base, yaitu :

sudo nano /etc/resolvconf/resolv.conf.d/base

Selanjutnya tinggal menambahkan nameserver yang diinginkan. Secara umum biasanya diisi dengan dns kepunyaan google :

nameserver 8.8.8.8
nameserver 8.8.4.4



Kamis, 06 April 2017

Auto-Mount Disk Drive Baru di Ubuntu Server


http://sourcedigit.com/8194-customize-ubuntu-14-04-mount-hard-disk-partitionsdrives-automatically-system-startup/

Untuk pengguna Ubuntu Desktop tidak akan menemui kendala mounting disk drive, hal ini dikarenakan system akan melakukan mounting secara otomatis ditambah lagi Ubuntu Desktop memiliki tampilan grafis yang dalam penggunaanya juga lebih enak. Akan jadi masalah ketika melakukan konfigurasi terhadap Ubuntu Server.

Sudah lama tidak melakukan konfigurasi server dengan multi disk drive membuat beberapa sintaks lupa. Semoga dengan ini membuat otak jadi lebih ingat hehe... 

Proses mounting sebenarnya cukup mudah, yaitu dengan terlebih dahulu melakukan pengecekan disk drive yang ter-list oleh system dengan perintah
sudo fdisk -l 

Kemudian karena yang saya lakukan ini adalah hard disk baru maka perlu dilakukan format sesuai file system. Jika hard disk lama yang telah terformat langkah ini tidak perlu dilakukan. Caranya adalah dengan perintah :
$sudo fdisk /dev/sd*

tekan tombol m, dan selanjutnya tombol n untuk create new partition dan ikuti perintah yang ditampilkan. Untuk menyimpan hasilnya dengan menekan tombol w. Tanda "*" (bintang) diatas harus disesuaikan, tergantung masing-masing disk drive yang terdeteksi.

Jika telah selesai, coba lakukan pengecekan dengan perintah
sudo fdisk -l

Dilangkah ini akan terdekteksi disk drive baru, misal jika sebelumnya terseteksi di /dev/sdb maka kini akan terdeteksi /dev/sdb1. Namun partisi tersebut belum memiliki file system. Untuk itu harus diformat terlebih dahulu dengan perintah:

$sudo mkfs -t ext4 /dev/sdb1

Kemudian membuatkan tempat mountingnya, dalam hal ini saya membuat direktori /data di /media yaitu dengan cara :

$sudo mkdir /media/data

Agar setiap restart disk drive tersebut akan ter-mount otomatis maka harus melakukan editing file /etc/fstab. Sebelumnya harus mencatat id dari drive yang tercatat disystem dengan perintah :

$sudo blkid /dev/sdb1

lalu melakukan editing file fstab :


$sudo nano /etc/fstab

Tambahkan sesuai uid yang didapat seperti dibawah ini :

$UUID=20d5f9a6-2176-441a-bca1-500e8cb74e67 /media/data/ ext4 defaults 0 0

Reboot system dan cek dengan perintah df -h untuk melihat apakah disk drive telah termounting pada direktori /media/data.





Minggu, 02 April 2017

PCMan File Manager Very Fast



Belakangan ini saya merasa File Manager disistem operasi yang digunakan sangat lamban. Kebetulan saya menggunakan distro Linux BackBox dimana secara default Sistem Operasi tersebut menggunakan 'Thunar' sebagai aplikasi file manager-nya. Sudah beberapa kali melakukan install dan uninstal, namun tetap saja terasa lamban.

Setelah browsing sana-sini, saya mencoba aplikasi PCMan File Manager. Instalasinya cukup mudah :

$sudo apt-get install pcmanfm

Selesai peng-instalan, saya mencoba mengetestnya dan ternyata benar-benar sangat cepat dan ringan. Loading thumbnail file seperti images dan video benar-benar terasa ringan. Banyak review bahwa File Manager Thunar lebih cepat dibanding FIle Manager Nautilus bawaan ubuntu, dan pernah saya coba dan itu benar.

Namun ternyata PCMan File Manager mampu lebih ringan dan cepat (menurut saya), disamping itu tampilan GUInya cukup menarik. Tidak jauh berbeda dengan tampilan Nautilus ataupun Thunar.

Oh iya, untuk menjadikannya File Manager default di BackBox diterminal ketikan :

$sudo exo-preferred-applications

dan ganti File Manger-nya menjadi PCMan File Manager.





Sabtu, 01 April 2017

Mengembalikan CNAME Blogspot Yang Hilang



Sebagai seorang pemula tentu tak lepas dari sebuah kesalahan dikarenakan ketidaktahuan, seperti saat hal ini. Pada saat itu saya melakukan custom domain untuk blog saya, dimana hostingnya dipercayakan sama blogger.com alias blogspot.com. Masalah yang menimpa saya waktu itu adalah saya kebingungan untuk mendapatkan token yang diberikan oleh blogspot.

Ketika kita melakukan custom domain pada blogspot, untuk pointing nameserver maka blogspot memberikan CNAME agar domain yang kita miliki tersebut mengarah keblogspot yang kita punya. CNAME yang diberikan google biasanya terdiri dari dua alias, pertama untuk "www" dengan value "ghs.google.com" nah, yang kedua merupakan kode penting berikutnya (biar gampang kita disebut token).

image from: www.techgide.com

Setiap domain yang kita inputkan akan memiliki kode Token yang berbeda-beda. Hal yang akan membingungkan adalah kode Token itu tidak akan tampil untuk kedua kalinya walaupun kita hapus kemudian isi kembali dan seterusnya. Inilah akar masalah ketidak tahuan tersebut saat saya ketika itu melakukan konfigurasinya.

Namun tentunya google memberikan solusi atas masalah ini. Caranya adalah dengan mengunjungi "google webmaster" dan login menggunakan alamat email blogspot tersebut. Jadi caranya adalah :

1. Pertama masuk ke: Google Webmaster.
2. Masuk dengan menggunakan akun yang sudah di verifikasi.
3. Lalu cari domain yang akan di verifikasi ulang.
4. Lalu klik detail verifikasi
5. Lalu pilih rincian

Dari situ kita dapat melihat kode CNAME untuk domain tersebut.